' type='text/javascript'/>

Sunday, February 10, 2013

Posted by Unknown 0 Comments Category:

Setiap Anak adalah unik

Setiap anak adalah unik dengan karakteristiknya masing-masing.  Bahkan dua anak kembar pun masih memperlihatkan ciri khas masing-masing.  Dalam teori psikologi humanistik, konsep ini dikenal dengan nama Individual differences.  Maka, Psikologi humanistik membantah habis semua teori deterministik manusia, bahwa manusia itu dapat diukur dan ditebak. 
Bagi humanis, sebutan untuk para pendukung psikologi humanistik, individu memiliki karakter, pola pikir, cara merespon yang berbeda sehingga akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula.  Humanis juga yakin bahwa dengan demikian, tidak mungkin melakukan suatu peringkatan atau perangkingan tentang kemampuan anak.  Karena humanistik beranggapan bahwa anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.  Ada suatu keseimbangan saya kira, dengan berkaca dari pandangan humanistik ini, bahwa karena kemampuan yang berbeda itu pulalah tidak tepat untuk mengatakan si anak A 'bodoh' atau 'lambat belajar'.  Mengapa? karena humanistik berpandangan kemampuan anak itu ada beragam, diantaranya:
kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi, dsb.  Karenanya, jika anak selalu mendapat nilai jelek di bidang kimia, ia bisa saja hebat dibidang olahraga.   
Read more
Posted by Unknown 0 Comments Category:

Menghadapi Tangisan Bayi



Menghadapi tangisan bayi. Masih ingat kasus bayi Rasya? Bayi berusia 5 bulan yang tewas dibekap oleh pengasuhnya karena tak tahan dengan tangisannya.  Bagaimana sebaiknya menghadapi tangis bayi?
                                                         foto by liputan 6.com
 Menangis pada bayi adalah cara ia berkomunikasi dengan lingkungannya.  Ada beberapa anggapan mengenai bagaimana cara menghadapi tangisan.  Ada yang berkata bahwa cepat dating dan member tanggapan akan membuat bayi menjadi “manja dan mengekang” orangtua dengan tangisannya.  Ada yang beranggapan bahwa cepat member tanggapan adalah cara yang terbaik.  Bagaimana sebenarnya yang tepat berdasarkan penelitian terkait?  Berikut pemaparannya.
Psikolog Silvia Bell, Mary Ainsworth dkk meneliti 26 pasang ibu-anak untuk melihat seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh perlakuan ibu  terhadap tangisan bayi. Jangka waktu yang dilakukan selama 3 minggu selama anak berumur 1 tahun.  Mereka menemukan bahwa bila si ibu mengabaikan tangisan anak, maka si anak akan lebih banyak menangis nantinya.   Sedangkan ibu yang tanggap terhadap tangisan anak, dengan segera mendatangi, mengangkat anak dan mengucapkan kata yang lembut menghibur maka anak akan berkembang menjadi anak yang tidak terlalu penangis.  Bagaimana ini terjadi?  Hal ini berhubungan dengan pembentukan kepercayaan pada pengasuh yang adekuat sekaligus membentuk kepercayaan diri anak, hal ini pun seolah0oleh berkata bahwa “kau cukup mempunyai pengaruh yang kuat bagi lingkunganmu”.   Hal ini ternyata berhubungan pula dengan proses psikososial trust mistrust (0-2 tahun) yang dirumuskan oleh Erik Eriksson.  BACA TAHAPAN PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSSON.
Yang penting juga bahwa ibu yang tanggap terhadap tangisan anak juga rutin mendatangi anak mereka secara rutin meskipun ia tidak menangis.  JIka seorang bayi hanya didatangi dan diangkat ketika menangis saja, maka besar kemungkinan bahwa cara menangis akan lebih sering dipergunakan untuk menarik perhatian orang lain.  
Read more
Posted by Unknown 0 Comments Category:

Psikologi Neo Freudian



Teori-teori Neo Freudian
Banyak ahli teori kepribadian yang membuat teorinya berdasarkan pengalaman klinis dengan pasien telah mencoba dan memperkembangkan gagasan-gagasan psikoanalitik.  Disebut neo-Freudiann karena pada umumnya mereka merupakan murid dari Freud dengan pengembangan-pengembangan teori yang mereka pahami tentang kepribadiam.
Carl Jung
Carl Gustav Jung (1875-1961), seorang psikiater Swiss yang semula dipandang orang sebagai pewaris teori psikoanalitis Freud namun kemudian memisahkan diri dari Freud pada 1912.  Jung tidak dapat menerima pendapat Freud bahwa libido itu sepenuhnya diwarnai kenikmatan seksual dan juga terhadap penekanan pada masa kanak-kanak.  Jung seringkali dihubungkan pada pandangan bahwa manusia pada dasarnya mewakili ketidaksadaran kolektif, yang tetap memegang teguh nenek moyangnya, hubungan antar mereka jaman dulu, dan pengalaman-pengalaman mereka.  Kenangan itu, menurut Jung, menimbulkan bayangan-bayangan seperti orangtua bijaksana, tanah tumpah darah yang menyuburkan impian, delusi dan khayalan.emosi dari ketidaksadaran ini menimbulkan symbol dan bayangan yang oleh Jung disebut Archetype.  Dan arketipe ini dimiliki oleh semua manusia yang misalnya muncul dalam fantasi, mimpi, delusi.   Syair doa, mitos dan pernyataan keagamaan menurut Jung dipandang bersumber dari ketidaksadaran kolektif ini.  Jung mengasumsikan bahwa orang dilahirkan dengan ketidaksadaran pribadi, yaitu kenangan pribadi yang direpresi. 


Alfred Adler  (1870-1937)
Adalah seorang psikiater Austria.  Dia juga soerang murid Freud yang melepaskan diri.  Sama seperti Jung, Adler juga berpendapat bahwa penekanan pada faktor seksualitas adalah berlebihan.  Adler menekankan pentingnya peranan lingkungan terhadap orang-orang ddan berpendapat bahwa kepribadian  pada dasarnya adalah kepribadian social dan bahwa perasaan rendah diri itu sebetulnya pusat motivasi manusia.  “saya mulai melihat dengan jelas sekali bahwa dalam setiap gejala alam terdapat kecenderungan untuk meraih superioritas.  Cetusan dari minus ke plus tidak akan pernah berhenti, desakan dari bawah ke atas tidak akan pernah berhenti.  Menurut Adler, perasaan rendah diri itu meningkat dalam kadarnya untuk mengimbangi kegagalan, dan hal ini berguna bagi kita untuk mencapai tujuan dan perasaan inilah yang membentuk gaya hidup yang unik pada setiap orang. 

Karen Horney
Dia adalah seorang psikoanalisis yang lahir di Jerman (1885-1952).  Dia belajar di Jerman sebagai salah satu murid Freus, dan memperoleh pelajaran psikoanalisis dan kemudian menjadi berpengaruh pada lingkungan psikoanalitik Amerika.  Sama seperti Adler, Horney juga menekankan konteks social bagi perkembangan seseorang.  Dia juga meninggalkan teori Freud tentang energy.  Horney berpendapat bahwa pengalaman yang sangat bermacam-macam selama masa kanak-kanak memberikan pola/cirri kepribadian dan konflik-konflik yang berbeda pula.  Dia sangat menekankan efek perasaan yang mengganggu dari keterasingan dan ketidakberdayaan.  Dan emosi ini terus menerus berkembanga selama interaksi dini anak-orangtua, yang menghambat perkembangan psikologis anak. 

Harry Stack Sullivan.
Sama seperti Horney dan Adler, Hary Stcak Sullivan seorang psikiatris Amerika juga menekankan pengaruh social.  Dia berpendapat bahwa perilaku yang diterima ataupun perilaku yang menyimpang sebenarnya dibentuk oleh interaksi yang terjadi antara anak dan orangtua.  Sullivan mempelajari bagaimana kita membentuk sikap tentang diri kita sebagai “saya yang baik” dan “saya yang jahat”.  Dia membuat hipotesis bahwa manusia sebenarnya didorang oleh dua kebutuhan: kebtuhan yang berorientasi pada keamanan dan yang berorientasi pada biologis.
Erikson lahir tahun 1902, ia adalah seorang psikoanalisis AMerika dengan latar belakang internasional.  Dia memperluas sekaligus merumuskan kembali teori Freud dalam perkembangan.  Rumusan-rumusan menekankan implikasi social dan psikologis dan meneropong masa dewasa. Menurut Erikson. kepribadian terbentuk ketika sesorang melwati tahap psikososial sepanjamng hidupnya, Pada setiap tahap, selalu ada konflik yang harus dihadapi dan diatasi.  Untuk setiap pertentangan itu, selalu ada pemecahan  yang negaitf dan pemecahan yang positif. 
Ketika Erikson melihatnya, konflik-konflik tersebut sudah ada sejak seseorang dilahirkan, tetapi pada saat-saat tertentu dalam siklus kehidupannya, konflik tersebut menjadi dominan.  Pemecahan yang positif akan menghasilkan kesehatan jiwa yang baik sementara pemecahan yang negative akan membentuk penyesuaian diri yang buruk.  Setiap pemecahan terhadap konflik bergantung pada seberapa jauh ia berhasil memecahkan persoalan dan segera.  Pengalaman yang kemudianmenguntungakn atau tidak, masih dapat mengubah kesehatan jiwa tersebut.
Selama tahun pertama, kanak-kanak mengalami konflik antara percaya atau tidak percaya (trus-mistrust).  Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu menjadi sangat penting.  JIkalau ibi member kehangatan, menyusuinya, memeluk, dan berbicara dengannya, maka si bayi akan memperoleh kesan bahwa lingkunganny dapat menerima dirinya secara hangat dan bersahabat (inilah landasan pertama untuk rasa percaya).  Sebaliknya kalau ibunya tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya.
Sejajar dengan tahap anal Freud, selama tahun kedua, anak-anak menghadapi tantangan kedua, yaitu otonomi melawan ragu atau malu.  Pada usia ini kemampuan anak akan berkembang sangat cepat.  Mereka senang berlari, mendorong, menarik, memegang seseuatu lalu melepaskannya lagi.  Bila orangtua selalu memberikan dorongan pada anak agar dapat “ berdiri di atas kakinya sendir” sambil melatih kemampuan-kemampuan anak, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian terhadap otot tubuhnya yang berarti penegendalian diri sendiri (otonom).  Sebaliknya bola orangtua menuntut terlalu banyak dan terlalu cepat atau malah mencegah anak kecil ini menyelidiki lingkungannya, maka si anak akan mengalami rasa malu dan keraguan.
Anak usia 3-5 tahun sangatlah aktif.  Mereka suka berlari, berkelahi dan memanjat.  Mereka suka sekali bila harus menantang lingkungan.  Dengan menggunakan bahasa, fantasi, khayalan, dia memperoleh penghargaan diri.  Apada usia ini, anak biasanya menghadapi konflik antara inisiatif dan rasa bersalah (inisiative vs guilty).  Bila orangtua berusaha mengerti anak, menjawab pertanyaan anak dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak ini akan belajar mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif akan semakin kuat.  Bila orangtua kurang mengerti, kurang sabar, suka menghukum dan berpendapat bahwa bemain, bertanaya, dan kegiatan anak lainnya tidaklah berguna maka si anak akan mengembangkan rasa bersalah dan tidak menentu sehingga menjadi enggan untuk melakukan inisiatif atas apa yang ia inginkan.
Pasa usia 6-11 tahun anak memasuki dunia yang baru, yaitu dunia sekolah dengan segala aturan dan tujuan, keterbatasan, dan keberhasilan.  Di sekolah, anak belajar bahwa dirinya dapat mengerjakan sesuat dan harus menghadapi tuntutan /konflik kerajinann dan rasa rendah diri.  Bila seorang anak merasa bahwa dia tidak mampu dan tidak terampil, dan mahir seperti teman sebayanya maka dia akan membentuk perasaan rendah diri.  Anak yang sukses biasanya memiliki perasaan yakin diri dan kenikmatan dalam melakukan keterampilan.
Selama masa remaja, muncullah krisis identitas yang bila tidak diatasi akan menimbulkan kebingungan peran.  Anak-anak remaja dituntu untuk membentuk bayangan diri yang beragam, sebagai anak muda, sahabat, pelajar, pemimpin, pekerja, pria atau wanita.  Kesemuanya itu harus disatukan,, ditambah lagi dengan dia harus memilih karier dan gay hidup pada masa depan.  Bila remaja sudah  memperoleh pemuasan kebutuhan kepercayaan, otonomi, inisiatif dan ketrampilan, ia akan mengembangkan identitas diri dengan lebih baik.  Tetapi bila krisis-krisis sebelumnya menumpuk dan tak teratasi, remaja akan berkembang dengan perasaan keraguan tentang siapakah dirinya dan untuk apa semuanya ini? Erikson amat yakin bahwa persoalan-persoalan remaja, sebagian besar menyangkut masalah identitas diri. 
Read more
Powered by Blogger.